Wednesday, 25 June 2014



MENUTUP DOLLY SAMA DENGAN NJEGAL SANDANG PANGAN ORANG

Dimana ada kebaikan, disitu pula ada keburukan. Yang namanya profesi bisa bermacam jenisnya, dan salah satunya pekerja seks. Tidak bisa dipungkiri bahwa sejak jaman nenek moyang kitapun prostitusi sudah ada. Kegiatan menjual jasa yang beerhubungan dengan seks ini dapat ditemui dimanapun kita berada. Bahkan, di sebelah tempat yang suci sekalipun prostitusi atau lokalisasi ini eksis.

Yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan ialah penutupan Dolly oleh Walikota Surabaya. Dolly yang merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini memang sudah terkenal dan perputaran uang didalamnya juga sangat besar. Selain pekerja seks yang menjadi daya tarik utamanya, orang-orang disekitarnya juga ikut mengambil untung.
Terjadi pro dan kontra atas penutupan Dolly ini. Pro nya mengatakan bahwa sudah layak dan sepantasnya tempat yang ‘najis’ ditiadakan dan sebagainya. Seharusnya pekerja seks berganti profesi lain dan sebagainya. Pemerintahpun sepertinya memiliki jadwal sendiri terhadap apa yang akan dilakukan selanjutnya pada Dolly. Bisa saja menguntungkan masyarakat, bisa juga tidak.

Ada beberapa hal yang seharusnya diingat dan dipertimbangkan oleh Pemerintah dengan menutup lokalisasi ini. Andaikan seperti perumpamaan sebuah ember yang berisi sampah. Ember tersebut menampung sampah alias prostitusi itu sendiri. Kemudian pemerintah mengisinya sampai penuh dengan air bersih dengan maksud agar kegiatan kotor itu musnah. Apa yang terjadi? Ember tersebut meluberkan isinya dan sampah itu makin berserakan disekitarnya.

Artinya, sebenarnya tidak ada gunanya pemerintah menutup Dolly karena sama saja seperti menutup lubang namun menggali lubang yang lain. Mereka tidak merasa terbantu dengan adanya ganti rugi dan semacamnya.
Termasuk warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan Dolly, seperti tukang becak, pengusaha dan pedagang disitu. Apa daya mereka bila pemerintah menghendaki penutupan Dolly. Harapan mereka ialah andai saja Dolly ditutup beberapa tahun lagi, supaya mereka bisa menyiapkan bekal dan usaha lain sebagai pengganti usaha mereka yang sekarang.

“Pemerintah ga bisa seenaknya menutup Dolly. Apa itu ganti rugi cuma 3 juta. Wong kita semalem bisa dapet jauh lebih dari itu. Kalo mau kasi dana ya untuk germoe 200 juta, untuk psk ne 50 juta. Dan juga kasih waktu beberapa tahun lah. Koordinasi gitu biar kita bisa siap. Kalo tiba-tiba nutup gini ya podo ae njegal sandang pangane uwong,” ujar Riani yang sudah bekerja di Dolly ini.
Pemerintah seharusnya sadar bahwa tidak bisa memukul rata semua harus baik dan halal. Karena saat ini memang prostitusi yang paling kelihatan adalah Dolly. Sedangkan, prostitusi lain yang terselubung tidak diusut pula oleh pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial dan bisa menimbulkan kerusuhan kelak.

“Semua itu akal-akalannya pemerintah aja. Mreka yang demo supaya Dolly ditutup lho dibayar 30 ribu per orang. Ada juga yang dikasi sembako, kayak gula, beras, sama minyak. Ga ada ormas-ormasan. Bisa jadi juga Dolly mau ditutup gara-gara nantinya mau dibuka Mall atau apa gitu sama investor. Lagipula ga sah itu penutupannya. Masak deklarasi penutupan dilakukan di Islamic Center. Saat ini sih Dolly masih buka seperti biasa dan ga ada preman-premanan seperti yang diberitakan. Pemerintah kelihatannya juga takut itu karena mereka mau nutup Dolly tapi dasar hukumnya ndak kuat,” cerita Nardi, anggota Humas Front Pembela Lokalisasi.

Mengapa tidak ada jalan untuk menjadikan Dolly satu-satunya tempat Prostitusi di Surabaya dan membuatnya sebagai tempat wisata yang menarik? Bukankah hal itu akan lebih bermanfaat? Jadi sampah-sampah yang tadinya bertebaran dimana-mana dimasukkan kedalam ember, sehingga pemerintah akan dengan mudah mengawasi setiap tindak tanduknya. Percuma saja menutup lokalisasi terkenal yang membawa pemasukan besar bagi Surabaya, namun tetap membiarkan prostitusi lain berkedok karaoke, pijet, salon, dan sebagainya.

Klik untuk melihat video:
Http://youtu.be/isbF5ADZ35k


Josephine Kalalo - 1423012070
Alvin Setiawan - 1423012071

No comments:

Post a Comment