MENUTUP DOLLY SAMA
DENGAN NJEGAL SANDANG PANGAN ORANG
Dimana
ada kebaikan, disitu pula ada keburukan. Yang namanya profesi bisa bermacam
jenisnya, dan salah satunya pekerja seks. Tidak bisa dipungkiri bahwa sejak
jaman nenek moyang kitapun prostitusi sudah ada. Kegiatan menjual jasa yang
beerhubungan dengan seks ini dapat ditemui dimanapun kita berada. Bahkan, di
sebelah tempat yang suci sekalipun prostitusi atau lokalisasi ini eksis.
Yang
akhir-akhir ini ramai dibicarakan ialah penutupan Dolly oleh Walikota Surabaya.
Dolly yang merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini memang sudah
terkenal dan perputaran uang didalamnya juga sangat besar. Selain pekerja seks
yang menjadi daya tarik utamanya, orang-orang disekitarnya juga ikut mengambil
untung.
Terjadi
pro dan kontra atas penutupan Dolly ini. Pro nya mengatakan bahwa sudah layak
dan sepantasnya tempat yang ‘najis’ ditiadakan dan sebagainya. Seharusnya
pekerja seks berganti profesi lain dan sebagainya. Pemerintahpun sepertinya
memiliki jadwal sendiri terhadap apa yang akan dilakukan selanjutnya pada
Dolly. Bisa saja menguntungkan masyarakat, bisa juga tidak.
Ada
beberapa hal yang seharusnya diingat dan dipertimbangkan oleh Pemerintah dengan
menutup lokalisasi ini. Andaikan seperti perumpamaan sebuah ember yang berisi
sampah. Ember tersebut menampung sampah alias prostitusi itu sendiri. Kemudian
pemerintah mengisinya sampai penuh dengan air bersih dengan maksud agar
kegiatan kotor itu musnah. Apa yang terjadi? Ember tersebut meluberkan isinya
dan sampah itu makin berserakan disekitarnya.
Artinya,
sebenarnya tidak ada gunanya pemerintah menutup Dolly karena sama saja seperti
menutup lubang namun menggali lubang yang lain. Mereka tidak merasa terbantu
dengan adanya ganti rugi dan semacamnya.
Termasuk
warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan Dolly, seperti
tukang becak, pengusaha dan pedagang disitu. Apa daya mereka bila pemerintah
menghendaki penutupan Dolly. Harapan mereka ialah andai saja Dolly ditutup
beberapa tahun lagi, supaya mereka bisa menyiapkan bekal dan usaha lain sebagai
pengganti usaha mereka yang sekarang.
“Pemerintah
ga bisa seenaknya menutup Dolly. Apa itu ganti rugi cuma 3 juta. Wong kita
semalem bisa dapet jauh lebih dari itu. Kalo mau kasi dana ya untuk germoe 200
juta, untuk psk ne 50 juta. Dan juga kasih waktu beberapa tahun lah. Koordinasi
gitu biar kita bisa siap. Kalo tiba-tiba nutup gini ya podo ae njegal sandang
pangane uwong,” ujar Riani yang sudah bekerja di Dolly ini.
Pemerintah
seharusnya sadar bahwa tidak bisa memukul rata semua harus baik dan halal.
Karena saat ini memang prostitusi yang paling kelihatan adalah Dolly.
Sedangkan, prostitusi lain yang terselubung tidak diusut pula oleh pemerintah.
Hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial dan bisa menimbulkan kerusuhan
kelak.
“Semua
itu akal-akalannya pemerintah aja. Mreka yang demo supaya Dolly ditutup lho
dibayar 30 ribu per orang. Ada juga yang dikasi sembako, kayak gula, beras,
sama minyak. Ga ada ormas-ormasan. Bisa jadi juga Dolly mau ditutup gara-gara
nantinya mau dibuka Mall atau apa gitu sama investor. Lagipula ga sah itu
penutupannya. Masak deklarasi penutupan dilakukan di Islamic Center. Saat ini
sih Dolly masih buka seperti biasa dan ga ada preman-premanan seperti yang
diberitakan. Pemerintah kelihatannya juga takut itu karena mereka mau nutup
Dolly tapi dasar hukumnya ndak kuat,” cerita Nardi, anggota Humas Front Pembela
Lokalisasi.
Mengapa
tidak ada jalan untuk menjadikan Dolly satu-satunya tempat Prostitusi di
Surabaya dan membuatnya sebagai tempat wisata yang menarik? Bukankah hal itu
akan lebih bermanfaat? Jadi sampah-sampah yang tadinya bertebaran dimana-mana
dimasukkan kedalam ember, sehingga pemerintah akan dengan mudah mengawasi
setiap tindak tanduknya. Percuma saja menutup lokalisasi terkenal yang membawa
pemasukan besar bagi Surabaya, namun tetap membiarkan prostitusi lain berkedok
karaoke, pijet, salon, dan sebagainya.
Klik untuk melihat video:
Http://youtu.be/isbF5ADZ35k
Klik untuk melihat video:
Http://youtu.be/isbF5ADZ35k
Josephine Kalalo - 1423012070
Alvin Setiawan - 1423012071